Saya adalah seorang mahasiswa baru, saya menulis
artikel ini sebagai hasil penelitian saya ketika saya kuliah selama kurang
lebih 1/2 tahun disini. Banyak sekali hal yang saya dapatkan selama mengikuti
perkuliahan di kampus; terutama ilmu, pendidikan dan wawasan yang saya
dapatkan dari hasil belajar, sosialisasi, dan penelitian kecil (mini research)
di kampus tercinta ini.
"Mahasiswa" itulah Titel yang saya miliki,
selaku orang yang mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi. Banyak orang
yang bangga memiliki titel tersebut, namun,saya adalah tipe orang yang tidak
nyaman dengan sebutan itu. Ketika kita memiliki titel sebagai seorang Mahasiswa
berarti kita memiliki tanggung jawa besar untuk nusa, bangsa, dan agama.
Bagaimana tidak? Seperti yang telah tertulis dalam
TRIDHARMA perguruan tinggi: tugas seorang mahsiswa adalah mempelajari,
meneliti, dan mengabdi.
Namun pada kenyataan nya hari ini, seseorang
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi hanya untuk eksistensi,
trendmodern, dan formalitas saja, Adapun yang lainya hanya menganggap Kuliah
sebagai sarana mendapat kan titel dibelakang nama, dan syarat untuk bekerja.
Dalam dunia perkuliahan, banyak sekali hal menarik
yang akan kita temui disini; dari mulai kepribadian teman yang beragam, UKM, UKK,
dan seribu keunikan lainnya.
Adapun yang ingin saya bahas disini yaitu tentang”
IPK” atau Indeks Prestasi Akademik, ratusan mahasiswa mati-matian untuk
mendapatkan nilai terbaik dari dosen. Namun,sangat disayangkan ketika mereka
telah mencapai hasil yang mereka inginkan, tidak ada visualisasi atau pengamalan ilmu yang telah mereka dapatkan;
sedangakan seperti yang telah kita ketahui, bahwasanya ilmu tanpa amal bagaikan
pohon tidak berbuah; jadi dapat kita simpulkan bahwa ilmu itu akan menjadi
sia-sia dan jadi sampah belaka.
Berdasarkan survey yang saya dapatkan, bahwasanya
IPK itu tidak akan begitu membantu terhadap kesuksesan kita nanti, ketika
terjun ke masyarakat; karena riset menyatakan bahwa skill, talent, atau
kemampuan dalam bidang tertentu lebih dibutuhkan di masyarakat sosial. Namun kebanyakan
orang-orang beralih kiblat dan memiliki kecenderungan pemahaman alot mengenai
kesuksesan“aku pintar maka aku sukses” jadi mereka memilih mencontek pada saat
ujian daripada jujur mendapat nilai jelek.
Jika kita
meneropong lebih jauh mengenai IPK, menurut pendapat saya pribadi; IPK hanya
sekedar penilaian dari sebelah mata, apa yang dilihat itulah yang akan
tertulis.
Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan
Don’t judge a book by the cover.